Mari Ambil Hikmah Untuk Koreksi Diri Dari Musibah Banjir Yang Terjadi Di Rohul

Senin, 03 Januari 2022 - 12:40:16 WIB
Share Tweet Google +

ROHUL, CATATANRIAU.com | Jelang seminggu sebelum pergantian tahun baru, kabupaten Rohul di landa banjir mengakibatkan sebagian rumah warga yang ada di pinggiran sungai Batang Lubuh terendam  dan jalan lintas Rohul ke Padang Lawas sempat terputus, menguapnya sungai Batang Lubuh di sebabkan curahan air hujan yang deras di Kabupaten Padang lawas dan Rohul.

 

Bencana alam tersebut bagi sebagian orang mungkin dimaknai sebagai azab karena terlalu banyak dosa-dosa yang diperbuat manusia terutama bagi pemimpin-pemimpin, Sebagian lainnya menilai banjir itu sebagai musibah karena kelalaiannya dalam mengurus lingkungan dan alam.

 

Pandangan islam terkait bencana banjir sesuai yang di sampaikan oleh Ramlan Lubis yang juga pernah menempuh pendidikan di salah satu pesantren mengatakan peristiwa banjir ini merupakan musibah yang diberikan Allah SWT.

 

Surat Ar-Rum Ayat 41

 

 Terjemah: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 

 

 Untuk detailnya Tafsir Surat Ar-Rum Ayat 41 Terdokumentasi berbagai penjabaran dari banyak pakar tafsir terhadap kandungan surat Ar-Rum ayat 41, misalnya seperti Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia Dijelaskannya:Telah terlihat kerusakan di daratan dan di lautan seperti kebanjiran, banyaknya penyakit dan wabah, yang semua itu disebabkan kemaksiatan-kemaksiaan yang dilakukan oleh manusia.

 

Ini semua  agar mereka mendapatkan hukuman dari sebagian perbuatan mereka , supaya mereka bertaubat kepada Allah dan kembali kepadaNya dengan meninggalkan kemaksiatan.

 

Selanjutnya keadaan mereka akan membaik dan urusan mereka menjadi lurus setelah Allah menimpakan azabNya ,namun sebagian kita juga tidak mau mengkoreksi dan memperbaiki nya.

 

"Ini musibah, bukan azab. Kalau azab, khusus untuk orang kafir atau orang-orang yang jahat saja. Tapi kalau musibah, mengenai semua, tidak membedakan mana yang baik mana yang tidak baik," kata Ramlan. Senin (03/01/2022).

 

Kendati demikian, Ramlan Lubis meminta kepada masyarakat yang menjadi korban untuk mengambil hikmah dari kejadian ini.

 

"Hikmahnya ada, agar kita mendekatkan diri kepada Allah. Mari kita semua, terutama saya, mari kita jadikan pelajaran musibah ini (untuk) kita bisa memperbaiki diri, kita memperbanyak zikir-zikir. Itu artinya ingat kepada Allah hati dan ucapan," ujar nya.

 

Ramlan juga menyampaikan salah satu dari sekian banyak penyebab bencana adalah dilanggarnya Sunnatullah. Umumnya orang-orang sering menyebutnya dengan hukum alam.

 

Tangan-tangan manusia, lepas dari agama dan keimanan mereka, seringkali ikut andil dalam kerusakan di alam ini. Akibatnya, mereka tertimpa bencana dari apa yang perbuat sendiri. Kasusnya bukan melanggar hukum syariat Allah, tetapi melanggar Sunnatullah.

 

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari  perbuatan mereka, agar mereka kembali. (QS. Ar-Ruum : 41).

 

Secara Sunnatullah, air itu selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Nah, kalau tempat-tempat yang rendah seperti rawa, sungai, danau, serta bantarannya disulap jadi rumah hunian, lalu pas musim hujan jadi banjir, sebenarnya ini bukan urusan beriman atau tidak beriman, tetapi karena Sunnatullah sudah dilanggar.

 

"Seharusnya jangan bikin rumah di bantaran sungai, kalau tidak mau terkena sapuan air banjir  di musim penghujan. Seharusnya rawa, sawah dan tempat-tempat penampungan air jangan dihilangkan, apalagi dijadikan perumahan. Kalau air datang di musim penghujan, tentu akan mencari tempat yang lebih rendah. Dan terjadilah banjir. Sederhana saja sebabnya, yaitu ada Sunnatullah yang dilanggar," katanya.

 

Jadi kalau kaitannya dengan banjir di Jakarta dan beberapa wilayah lainnya, sebenarnya semua pihak sudah tahu penyebabnya, bahkan bisa diperhitungkan kapan akan terjadinya. Malah sudah jadi langganan tiap periode tertentu. Sampai ada yang menyebut dengan istilah banjir langganan'.

 

Dan anehnya, tidak sedikit dari para korban banjir itu yang tetap betah menghuni bantaran kali dan tempat-tempat rawan banjir lainnya. Seolah musibah banjir itu sudah dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja.

 

Bahwa ada banyak Sunnatullah yang terlanjur dilanggar, dianggap sudah wajar pula. Dan selama pelanggaran itu terjadi, banjirnya tentu saja masih tetap akan setia mendatangi pada setiap musim penghujan.***


E.S Nst



Tulis KomentarIndex
Berita TerkaitIndex