Sejarah Singkat Keberadaan Suku Mandailing Di Rambah Kabupaten Rohul

Selasa, 17 Januari 2023 - 20:16:42 WIB
Share Tweet Google +

ROHUL, CATATANRIAU.com | Keberadaan suku Mandailing di Kabupaten Rokan hulu (Rohul) khususnya Kecamatan Rambah yang mayoritas penduduk nya Suku Melayu, tidak luput dari perjuangan leluhur mereka yang bernama Boru Namora Suri Andung Jati.

Boru Namora Suri Andung Jati adalah permaisuri dari salah satu kerajaan Mandailing, yang pada masa itu menyelamatkan warganya dari kejaran musuh karena ada komplik di antara kerajaan-kerajaan di Mandailing, setiap kerajaan ingin menguasai wilayah Mandailing untuk keseluruhannya.

Melihat situasi yang tidak aman bagi warganya, Ia mengambil kebijakan untuk segera pergi meninggalkan kerajaan dengan membawa dua orang cucu nya dan beberapa persukuan yang ada di daerah wilayah kerajaan.

Dapat juga di ketahui dua cucunya ini termasuk keturunan dari SIBAROAR leluhur dari marga Nasution sesuai sejarah persi Rambah dan dua orang cucunya ini bernama Raja Solut dan Namora Gompar.

Hal ini seperti apa yang di ceritakan oleh salah satu Tokoh Adat Huta Haiti yang bernama Akhmad Akhir Nasution (Glr. Mangaraja Kayo) yang juga termasuk salah satu dari keturunan Raja Haiti sesuai yang tertulis di Stambuk/Silsilah keturunan Sibaroar persi Rambah yang di tulis orang tua-tua terdahulu.

"Pada masa itu, Boru Namora membawa
dua orang cucunya yang masih kecil serta warganya menuju Pasir Pengairan yang saat ini sudah menjadi Kabupaten Rohul,   sesampainya di daerah Tambusai mereka meminta suaka kepada Raja Tambusai untuk di izinkan tinggal sementara di daerah Kerajaan Tambusai, dan Kerajaan Tambusai memberikan izin, mengingat  Permaisuri dari Raja Tambusai adalah cucu Boru Namora yang bernama Suri Andung Bulan," kata Tokoh Adat ini.

Lebih jelas lagi beliau menceritakan, beberapa tahun rombongan Boru Namora bermukim di Daerah Kerajaan Tambusai, Raja Tambusai memberikan titah kepada rombongan Boru Namora untuk pindah ke daerah wilayah kerajaan Rambah untuk membantu kerajaan Rambah dari serangan dan ngangguan musuh.

Lanjutnya, Karena ini adalah titah dari Raja maka rombongan Boru Namora berangkat menuju Rambah dengan berjalan kaki melewati hutan belantara, sampai di daerah wilayah kerajaan Rambah pertama kalinya Rombongan Boru Namora membuka Huta (Kampung) tepatnya di Batang Samo yang saat ini Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah," tambahnya. Selasa (17/01/2023).

Melihat Rombongannya sudah semakin bertambah banyak, maka Boru Namora meninggalkan sebagian warganya di Batang Samo untuk membuka perkampungan yang akan di pimpin oleh cucunya yang bernama Sutan Tua dan ini bisa di buktikan dengan adanya makam Sutan Tua di Desa Rambah Samo.

Sementara itu Boru Namora melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat yang bisa di buat perkampungan, sampailah meraka di daerah sungai Geringging namun melihat daerah tersebut kurang cocok untuk di buat perkampungan maka Boru Namora melanjutkan perjalanan akhirnya sampai lah mereka ke daerah Huta Haiti yang saat ini Desa Rambah Tengah Barat.

Seiring berjalannya waktu, Boro Namora melihat warganya sudah aman dan tentram kehidupan nya, maka beliau berikan amanah kepada cucunya untuk menjadi pemimpin (Raja) Huta Haiti, Usai amanah itu di berikan maka Boru Namora mengumpulkan seluruh warganya dan cucu-cucunya, dari atas sebuah tumpukan tanah beliau berdiri sambil berkata,

"Jika kalian merasa kesusahan panggil lah aku, karena aku akan selalu melihat anak cucuku,"

Usai berkata demikian Boro Namora pun menghilang begitu saja sampai sekarang, dan ini bisa di buktikan dengan adanya jejak kaki terakhir Boru Namora di Desa Rambah Tengah Barat dan Makam-Makam Raja Haiti.

Hidup di bawah pimpinan Raja Haiti (Sutan Haiti) masyarakat nya semakin bertambah maka Ia memperluas wilayah kekuasaannya dan memberikan titah kepada anak dan cucu-cucunya untuk mencari daerah yang bisa di buat perkampungan, untuk daerah Huta Tangun yang saat ini Bangun Purba yang di pimpin oleh Sutan Silindung.

Di ketahui juga Sutan Tua Batang samo juga memperluas daerah kekuasaannya dengan membuka perkampungan di Daerah Kubu Baru yang saat ini Desa Rambah Samo Barat yang di Pimpin oleh Sutan Nalobi, Huta Menaming saat ini Desa Menaming di pimpin oleh Sutan Kumalo Bulan.

Dari keturunan meraka ini lah yang akhirnya terbentuk beberapa Huta (Kampung) di daerah Rambah, di bawah pimpinan Raja Mandailing setiap kerajaan di pimpin Marga Nasution, ada tujuh kampung yang terdiri dari beberapa Desa di Kecamatan Rambah Kabupaten Rohul yang mayoritas penduduknya suku Mandailing.

Pembukaan kampung di daerah perbatasan adalah strategi Raja-Raja Mandailing untuk melindungi Kerajaan Rambah dari gangguan dan serangan musuh, sehingga pada masa itu musuh tidak bisa lagi mengganggu kerajaan Rambah melihat kekuatan yang di miliki suku Mandailing.

Melihat kerajaannya sudah aman dari ngangguan musuh, akhirnya Raja Rambah mengumpulkan Raja-Raja dari suku Mandailing dan memberikan tanah wilayah untuk suku Mandailing, bak kata pepatah "Tanah sebingkah, Aur serumpun" serta memberikan hak dan wewenang kepasa Suku Mandailing untuk mendirikan Kerajaan di daerah nya masing-masing.

Dan di buat juga perjanjian antara Raja Rambah dengan Raja-Raja Mandailing  yang isinya:

"Duduk sama rendah. Tegak sama tinggi" yang artinya Kerajaan Rambah dan Kerajaan Mandailing sudah seperti saudara sendiri," ucap Tokoh Adat ini mengakhiri.***


Laporan : E.S.Nasution

Editor : Idris Harahap 



Tulis KomentarIndex
Berita TerkaitIndex