MENU TUTUP

Komitmen Hijau di Wilayah Operasi, PHR Rajut Asa Habitat Lutung Kokah

Senin, 05 Mei 2025 | 11:46:26 WIB Dibaca : 65 Kali
Komitmen Hijau di Wilayah Operasi, PHR Rajut Asa Habitat Lutung Kokah Lutung Kokah yang merupakan satwa endemik Riau.(dokumentasi Rimba Satwa Foundation/RSF)

Pekanbaru, Catatanriau.com — Di jantung lanskap hijau yang membentang di wilayah operasional PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), sebuah kisah tentang harapan dan tantangan konservasi terus terjalin. Bukan tentang rig pengeboran atau laju produksi minyak, melainkan tentang keberadaan sang penghuni hutan: Lutung Kokah (Presbytis femoralis).

Si wajah hitam dengan bulu hitam keperakan yang khas ini, primata endemik Sumatra, dulunya leluasa melompat dari dahan ke dahan di rimba Riau. Namun, zaman terus bergulir, dan lanskap pun ikut berubah. Hutan-hutan yang menjadi rumah mereka kini tak lagi seluas dulu.

Data terbaru dari hutan di sekitar wilayah kerja PHR menyajikan gambaran yang cukup detail. Menurut data Rimba Satwa Foundation (RSF) selaku mitra pelaksana program konservasi PHR, di Hutan Talang tersisa sekitar 20 ekor lutung kokah, jumlah yang sedikit lebih banyak ditemukan di Hutan Kojo, dengan populasi mencapai 24 ekor. Secercah harapan tampak di Taman Hutan Raya (Tahura) Minas, yang masih menampung populasi signifikan sebanyak 139 ekor. Sementara itu, kawasan Giam Siak Kecil menjadi rumah bagi sekitar 90 ekor primata pemalu ini.

Keempat kawasan ini –Hutan Talang, Hutan Kojo, Tahura, dan Giam Siak Kecil– menjadi kantong-kantong habitat lutung kokah di tengah geliat aktivitas industri dan perubahan bentang alam. PHR, menyadari betul tanggung jawabnya terhadap keanekaragaman hayati di wilayah operasionalnya, tak tinggal diam.

“Upaya yang dilakukan PHR ini adalah wujud komitmen untuk turut ambil bagian dalam upaya mengembalikan keseimbangan ekosistem, memastikan bahwa jejak kaki lutung kokah tetap menghiasi tanah Riau di masa depan,” kata Manager Community Involvement & Development (CID) PHR, Iwan Ridwan Faizal.

Iwan menjelaskan, upaya konkret pun digulirkan untuk membina kembali habitat yang kian menyempit ini. Di PT Kojo, ribuan bibit pohon telah ditanam sebagai investasi jangka panjang bagi ketersediaan pakan dan ruang hidup lutung kokah. Sebanyak 2.000 bibit matoa yang buahnya digemari primata ini, serta 1.000 bibit jengkol yang ditanam dengan harapan kelak pohonnya menjulang tinggi dan menjadi lumbung pakan alami. Daun pucuk jengkol juga menjadi makanan Lutung Kokah dan pohonnya berguna menjadi tempat mereka beraktivitas.

Langkah serupa juga diambil di Tahura. Sebanyak 1.000 bibit matoa dan 500 bibit jengkol ditanam, memperkuat upaya konservasi di kawasan yang saat ini menjadi rumah bagi populasi lutung kokah terbesar di wilayah kerja PHR. Bahkan, upaya perluasan habitat juga menyentuh kawasan Pematang Pudu, dengan penanaman 500 bibit matoa.

“Upaya yang dilakukan PHR ini bukan sekadar seremonial belaka. Ini adalah wujud komitmen untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem, memastikan bahwa jejak kaki lutung kokah tetap menghiasi tanah Riau di masa depan,” ungkap Iwan.

Namun, upaya konservasi lutung kokah tidaklah semudah menanam bibit di tanah. Tantangan besar menghadang di depan mata. Alih fungsi lahan menjadi ancaman nyata, merenggut habitat alami dan memecah belah populasi lutung kokah. Hutan yang dulunya terhubung kini terfragmentasi, menyulitkan pergerakan dan perkawinan antar kelompok. Tak hanya itu, ketersediaan pakan yang terbatas juga menjadi persoalan pelik. Ketika hutan menyempit, sumber makanan alami pun berkurang. 

Konservasi lutung kokah merupakan sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan sinergi dari berbagai pihak. Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PHR tidak hanya menanam pohon, tetapi juga berupaya membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian primata ini. Edukasi, patroli hutan, dan upaya mitigasi konflik menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi konservasi yang dijalankan.

Melihat jumlah populasi yang masih rentan, upaya konservasi harus terus digencarkan. Setiap bibit pohon yang ditanam adalah harapan. Setiap kesadaran yang tumbuh di masyarakat adalah kekuatan. Masa depan lutung kokah di rimba raya bergantung pada komitmen semua kalangan hari ini, sebelum mendapatkan status terancam punah oleh  The International Union for Conservation of Nature (IUCN).***

Laporan : Idris Harahap 

 



Berita Terkait +

Rutin Ajak Warga Binaan Agar Peduli Kebersihan Lingkungan & Kesehatan, Serma Edy S Lakukan Komsos di Kampung Tasik Seminai

Serda Heppy Setiawan Lakukan Gakplin Antisipasi Penularan COVID-19 di Pasar Tradisional Kecamatan Minas

Lakukan Tip Off, Irjen Iqbal Membuka Resmi Honda DBL Series Riau

Penolakan UU TNI Baru oleh KAMMI Riau: Ancaman terhadap Demokrasi dan Supremasi Sipil

Bupati Siak Alfedri Resmikan Masjid Raya Kecamatan Kerinci Kanan 

Babinsa Koramil 04/Perawang Tetap Sosialisasikan Nilai-nilai Pancasila Kepada Warga Binaan di Pinang Sebatang

Sambut Hari Bhayangkara ke - 76 Polres Siak Laksanakan Anjangsana Ke Purnawirawan & Warakawuri

Sertijab dan Pisah Sambut Kapolres Rokan Hulu

Konperda Piki Riau Berlangsung Sukses, Hadirkan Gubernur dan Kakanwil Kemenag

Giat Jumat Curhat, Kapolsek Minas Sambangi Tukang Ojek Minas Dan Dengarkan Curhatan Mereka

TULIS KOMENTAR +
TERPOPULER +
1

Palu MK Mengetuk: Gugatan PSU Pilkada Siak Ditolak, Afni-Syamsurizal Segera Dilantik

2

Korban Pengeroyokan Diduga Oleh Oknum Security PT. TPP Datangi Polres Inhu Untuk Cari Keadilan

3

Disnaker Rohul Akan Verifikasi Ulang Keanggotaan Serikat Buruh Berdasarkan Surat DPD KSPI Riau

4

Forum Peduli Sungai Kampar Temui Gubernur Riau : Desak Solusi Konkrit Atasi Banjir Akibat Spillway PLTA Koto Panjang

5

Putri Andini Rahmat, Remaja Rokan Hilir Raih Runner Up IV Duta Wisata Riau 2025: Angkat Advokasi MENYASAW Besamo Putri

6

Polsek Minas Yang di Back Up Polres Siak Kawal Aksi Unjuk Rasa di Gate 4 PHR Minas, Kapolsek Pastikan Situasi Kondusif