MENU TUTUP

KLHK Apresiasi Upaya PHR Cegah Konflik Gajah dengan Manusia dan Lestarikan Keanekaragaman Hayati

Jumat, 17 Mei 2024 | 09:45:40 WIB Dibaca : 453 Kali
KLHK Apresiasi Upaya PHR Cegah Konflik Gajah dengan Manusia dan Lestarikan Keanekaragaman Hayati

Jakarta, Catatanriau.com | PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama mitranya, Rimba Satwa Foundation (RSF) menunjukkan komitmennya dalam menjaga keanekaragaman hayati dengan berpartisipasi dalam Pekan Keanekaragaman Hayati/World Species Congress 2024. Dalam ajang tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengapresiasi upaya PHR dalam melestarikan keanekragaman hayati.

Mengusung tema Be Part of The Plan, KLHK mengajak semua pihak untuk ikut terlibat dalam upaya perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia dengan mendukung Implementasi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal (KMGBF). Kerangka Kerja KMGBF sendiri bertujuan untuk menghentikan dan membalikkan hilangnya keanekaragaman hayati pada tahun 2030, diadopsi pada bulan Desember 2022 pada pertemuan ke -15 Konferensi Para Pihak Konvensi Keanekaragaman Hayati.

PHR dan RSF memamerkan program-program konservasi yang sukses dilaksanakan di area operasi WK Rokan pada booth pameran yang berlangsung di Gedung Manggala Wanabakti KLHK, Jakarta, 15-17 Mei 2024. Beberapa program yang diunggulkan termasuk program konservasi gajah seperti, agroforestri dan pemantauan gajah berbasis satelit. Saat pameran tersebut, booth PHR-RSF dikunjungi oleh Wakil Menteri (Wamen) KLHK Alue Dohong Phd.

Ia sempat berdialog dan mengapresiasi upaya konservasi lingkungan yang dilaksanakan PHR-RSF. Wamen KLHK kagum akan program mitigasi konflik gajah dan manusia berbasis satelit serta bagaimana PHR memobilisasi masyarakat melalui pelaksanaan program agroforestri di Provinsi Riau.

"Bagus sekali program konservasinya. Saya sampaikan terima kasih atas support dan kerja sama PHR dan RSF untuk menyelamatkan gajah di Riau,” ujar Alue Dohong.

Direktur RSF Zulhusni Syukri mengatakan, bahwa kerja sama yang dilaksanakan RSF bersama PHR merupakan komitmen bersama untuk menyelamatkan habitat gajah Sumatera. “Kami yakin dengan kolaborasi, kita dapat mengatasi konflik antara gajah dan manusia, serta memulihkan fungsi hutan lewat program agroforestri. Kami bangga bisa turut berpartisipasi dalam Pekan Keanekaragaman Hayati 2024 dengan dukungan PHR, agar bisa terus berinovasi dan berkontribusi untuk lingkungan,” ujarnya.

Partisipasi PHR dalam Pekan Keanekaragaman Hayati 2024 tersebut merupakan bukti nyata komitmen perusahaan dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Diharapkan program-program konservasi yang dilaksanakan PHR dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

“Sebagai bentuk komitmen nyata, PHR bersama BBKSDA dan RSF telah memasang 5 unit GPS Collar untuk mengantisipasi konflik antara gajah dan manusia. Selain itu, lebih dari 32.500 pohon agroforestri ditanam di area perlintasan gajah seluas 225 hektar di Provinsi Riau,” kata Manager CSR PHR WK Rokan Pinto Budi Bowo Laksono.

Pinto menambahkan, bahwa upaya pemantauan yang dilakukan PHR dapat mengetahui pergerakan gajah secara real time, melalui sabuk GPS collar yang dikalungkan tersebut. Selain kalung GPS, PHR juga menyumbangkan 18 unit kamera pengintai (camera trap) yang diletakkan di berbagai lokasi strategis di habitat gajah. Kalung GPS yang dipasangkan di leher gajah berfungsi untuk memonitor pergerakan kawanan gajah melalui satelit dan memberikan data lokasi keberadaan kelompok gajah. Dengan demikian potensi konflik gajah dan manusia dapat dimitigasi lebih dini. Sementara itu, kamera pengintai dipasang di sejumlah titik di kawasan perlintasan gajah guna memberikan informasi visual.

“Upaya yang kami lakukan pada intinya untuk menggugah dan mengajak partisipasi masyarakat untuk berbagi pola ruang terhadap satwa yang dilindungi tersebut,” ujar Pinto.

Di sisi lain, Gajah sumatra sejak 2011 termasuk dalam daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN), dengan status kritis atau sangat terancam punah (critically endangered). Hal ini disebabkan karena populasi gajah sumatra yang menurun lebih dari 80 persen dalam waktu sekitar 75 tahun terakhir. Penurunan populasi gajah sumatera terutama disebabkan oleh hilangnya habitat, degradasi hutan dan fragmentasi habitat serta perburuan.***

Laporan : Idris Harahap 



Berita Terkait +

Dalam Rangka Percepatan Vaksinasi, Sinergitas TNI Antara Polri Serta Diskes

Pjs. Bupati Pelalawan Hadiri Rapat Paripurna Penandatanganan Nota Kesepakatan KUA-PPAS APBD 2025

Upacara Serah Terima Dua Kasat Polres Kuansing, Begini Pesan AKBP Rendra

Polsek Kelayang Juber Rumdah di Mesjid At-Tin Desa Teluk Sejuah

Polsek Kuala Kampar Jumat Curhat Di Warung Makar SR  Teluk Dalam  

Lolos 4 Besar, Peserta PHR VR Challenge 2023 Siap Berkarya dan Ikut Bootcamp di Blok Rokan

Tak Hanya Dengarkan Keluhan Warga, Polres Siak Juga Berikan Bantuan Sembako Saat Giat Jumat Curhat di Koto Gasib

Semarakkan HBP Ke 59, Lapas Pasir Pengaraian Jual Produk Hasil WBP

Polsek Minas Gelar Cooling System, Ajak Masyarakat Minas Barat Partisipasi dalam Pilkada Damai

Babinsa Koramil 03 Minas Bersama Masyarakat Teluk Lancang Lakukan Patroli Karhutla

TULIS KOMENTAR +
TERPOPULER +
1

Harimau Sumatera Ditangkap Usai Terkam Pekerja di Pelalawan, BBKSDA Riau Tingkatkan Patroli

2

Mahasiswa Tolak Revisi UU TNI: Ancaman Bagi Demokrasi dan Supremasi Sipil

3

Penggerebekan Sabung Ayam di Way Kanan Berujung Tragis, Tiga Polisi Gugur Ditembak OTK

4

Puluhan Pemuda Geruduk PT SLS, Kantor Disegel Akibat Dugaan Ketidakpedulian Perusahaan

5

Dugaan Pelecehan di SMA Negeri 02 Tebing Tinggi Timur: Oknum Kades dan Guru Disorot, Polisi Diminta Bertindak

6

Kapolres Pelalawan Himbau Pemudik Prioritaskan Mudik Aman Keluarga Nyaman dan Hotline 110