Harimau Sumatera Ditangkap Usai Terkam Pekerja di Pelalawan, BBKSDA Riau Tingkatkan Patroli, Rabu 19 September 2025
PELALAWAN, CATATANRIAU.COM – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bergerak cepat menangani konflik satwa liar usai insiden tragis yang terjadi di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Kabupaten Pelalawan. Hal ini disampaikan Rabu, 19 Maret 2025.
Seorang pekerja perusahaan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH), Yafao Zebua (50), tewas diterkam Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) pada Kamis, 13 Maret 2025.
Kepala BBKSDA Riau, Genman Suhefti Hasibuan, SHut, MM, menyatakan bahwa pihaknya langsung berkoordinasi dengan perusahaan HTI untuk menindaklanjuti laporan tersebut.
Tim Unit Penyelamatan Satwa (UPS) segera diterjunkan ke lokasi untuk melakukan kajian dan upaya penanggulangan.
"Kami menurunkan tim ke lokasi untuk memasang boxtrap dan camera trap, serta melakukan sosialisasi kepada pekerja agar lebih waspada terhadap keberadaan satwa liar di sekitar area kerja," ujar Genman Suhefti Hasibuan.
Tim BBKSDA Riau memasang dua unit boxtrap di lokasi kejadian dan jalur lintasan harimau yang teridentifikasi dari jejak yang ditemukan. Upaya ini membuahkan hasil pada 16 Maret 2025, saat harimau tersebut akhirnya masuk ke dalam jebakan.
Proses evakuasi dilakukan secara hati-hati. Satwa liar tersebut terlebih dahulu dibawa ke camp pekerja menggunakan kendaraan air sebelum akhirnya dipindahkan ke kandang habituasi.
Di tempat ini, harimau akan menjalani pemeriksaan kesehatan dan observasi sebelum dilepasliarkan kembali ke habitat yang lebih aman.
BBKSDA Riau berkomitmen untuk meningkatkan patroli di kawasan rawan konflik guna mencegah insiden serupa terjadi di masa mendatang.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat dan pekerja tentang cara menghadapi harimau jika bertemu di lapangan juga akan diperkuat.
"Kami juga mengimbau masyarakat untuk segera melapor jika menemukan jejak atau melihat harimau di sekitar pemukiman. Laporan dapat disampaikan melalui call center BBKSDA Riau atau aparat desa setempat," tambah Genman.
Sebagai langkah pencegahan jangka panjang, BBKSDA Riau mendorong penerapan sistem peringatan dini di wilayah yang berbatasan dengan habitat harimau.
Selain itu, masyarakat diminta untuk tidak melakukan perburuan terhadap hewan yang menjadi mangsa alami harimau, seperti rusa dan babi hutan, demi menjaga keseimbangan ekosistem.
Upaya konservasi harimau Sumatera membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, perusahaan, masyarakat, akademisi, serta organisasi lingkungan.
Dengan sinergi yang baik, diharapkan konflik antara manusia dan satwa liar dapat diminimalisir tanpa mengancam keselamatan manusia maupun kelestarian Harimau Sumatera di alam liar. ****
Laporan : E Pangaribuan