Berusia 110 Tahun Masjid Raya Desa Gunung Malelo Juga Masjid Tertua Di Kabupaten Kampar

Jumat, 07 Oktober 2022 - 16:53:43 WIB
Share Tweet Google +

KAMPAR, CATATANRIAU.com | Selain Masjid Jami di Air Tiris, Kabupaten Kampar sebagai masjid tertua di serambih mekkah yang berdiri sejak tahun 1901 masehi. masjid raya desa gunung malelo, kecamatan koto Kampar hulu, kabupaten Kampar yang kini berusia 110 tahun juga menjadi salahsatu masjid tertua di kabupaten Kampar Provinsi Riau

Seorang tetua kampung bernama Haja Saha menceritakan kepada awak media catatanriau.com jumat 7/10/2022. bahwa masjid yang berdiri pada tahun 1912 masehi dulu ini di inisiasi oleh Datuk palo yang bernama H. Hasan. Sebelumnya Masjid Raya ini terletak di dekat kampau suluok (Sungai Suluk) lalu di pindahkan secara bergotong royong ke kampung atas untuk menghindari potensi sungai meluap. Ujarnya.

Sambung Dalam pembuatannya dulu orang-orang kampung menebang kayu meranti dan kayu kulim lalu memikulnya sampai kelokasi masjid. Dan tukang yang mendesain masjid kala itu adalah Imam Syamsudin dan Sidan dari sumatera barat. Masjid raya ini terdiri-dari satu kubbah besar dan dua Menara tinggi dengan ukuran panjang kayu 20 meter. Pada mulanya masjid ini dibangun tidak menggunakan paku melainkan di pasak dari satu tiang ketiang berikutnya. Dari satu dinding papan ke dinding papan berikutnya. Tuturnya.

Lanjut Masjid raya ini dikenal juga dengan mistinya. Maramis, Imam masjid mengungkapkan bahwa pada tahun 70’an, Tiang belakang masjid yang dijadikan tonggak penopang di ambil oleh beberapa warga untuk dijadikan jembatan Gorong-Gorong. Dan sering sekali jembatan kayu itu dijadikan tempat buang air besar oleh anak-anak karena pada masa itu orang Gunung Malelo memang kesulitan air sebab Kampung tidak lagi ditepi sungai melainkan memanjang keatas. buang air seperti itu sudah menjadi sesuatu yang wajar. Jelasnya.

Sehingga salahsatu tradisi di Desa Gunung Malelo apabila ada warga yang meninggal dunia maka orang sekampung akan membawakan Air satu dirigen ke kerumah kematian untuk memandikan jenazah. Seperti itulah sulitnya air bersih. Lepas tiang kayu masjid itu dijadikan gorong-gorong terjadilah wabah muntaber hingga merenggut korban jiwa lebih kurang 10 orang sehingga orang-orang Berdzikir tiga malam berturut-turut agar wabah itu pergi. Sampai salahseorang tetua kampung (Imam Mas’ud) selaku guru ngaji bermimpi agar tiang masjid yang empat itu dikembalikan ke masjid dan biarkan saja lapuk disana. Maka dikembalikan tiang itu dan Hilanglah wabah tersebut.

Dan meski masjid raya 1912 ini tidak sepopuler masjid raya Jami 1901 air tiris namun masjid ini juga menjadi tujuan wisata religi masyarakat lokal setempat. Tutupnya. ( irwan Ocu Bundo /Muhammad Yunus)



Tulis KomentarIndex
Berita TerkaitIndex