Pembaru Riau Kandis Turut Meramaikan Konferensi Rakyat Dunia Menentang IMF WB

Selasa, 09 Oktober 2018 - 15:04:46 WIB
Share Tweet Google +

 


KANDIS _ 8 Orang Pemuda-pemudi Kandis Perwakilan Organisasi Kepemudaan PEMBARU (Pemuda Baru Indonesia Riau) yang berpusat di Kecamatan Kandis pada Selasa, 09/10/2018, yang dikoordinir oleh Rendy Khasmy berangkat ke Bali dalam rangka turut serta meramaikan konferensi rakyat dunia untuk menentang pertemuan tahunan IMF WB (Dana Moneter Internasional, World Bank) yang dipusatkan di Bali selama 6 hari (8 Oktober - 14 Oktober).


Pada awak media ini, Rendy Khasmy melansirkan bahwa kegiatan IMF WB yang akan berjalan merupakan omong kosong,  "Imperialis Amerika Serikat (AS) melalui alatnya yakni Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (WB) terus melanjutkan rencana serangan terhadap rakyat tertindas dunia dan membebankan rakyat menanggung krisis yang makin memburuk. Mereka ingin memastikan perampokan dan 
penghisapan dapat berlanjut untuk meraih superprofit yang dibungkus omong kosong: mengurangi kemiskinan, Pencapaian Pembangunan Milenium (MDG), Pencapaian Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Hakekatnya, IMF dan Bank Dunia ingin meningkatkan kemiskinan dengan program pemiskinan berkelanjutan di abad ke-21 ini," lansirnya.

Sebahagian Masyarakat berasumsi bahwa IMF dan Bank Dunia lahir dari krisis dan berkembang untuk menciptakan krisis 
yang lebih buruk. Tujuan kedua lembaga keuangan internasional ini membesarkan profit atas surplus kapitalnya yang membusuk dengan utang dan investasi yang dilakukan cara intervensi dan perang agresi. Mereka mendikte rejim atau pemerintahan kaki tangan imperialis menjalankan skema neoliberalisme yakni deregulasi, liberalisasi, dan privatisasi (swastanisasi) agar memudahkan perampokan dan penghisapan terhadap rakyat. Mereka terus memupuk utang suatu negeri agar dapat lebih leluasa mengendalikan rencana-rencana pembangunan jahatnya dengan cara memprivatisasi seluruh sektor publik, menaikkan pajak, menghentikan subsidi, memangkas upah buruh, menaikkan harga kebutuhan pokok, mempertahankan monopoli tanah dalam sistem pertanian terbelakang (seperti di Indonesia) dan industri yang terbelakang.


Lanjut Rhendy, "IMF dan Bank Dunia dengan neoliberalismenya berarti perang. Mereka menciptakan perang agresi sebagai cara memudahkan surplus kapitalnya mengalir dan meneguk keuntungan besar dari program-program rekonstruksi (pembangunan kembali) pasca perang. Perang dan provokasi perang oleh Imperialis AS terus diciptakan dengan mengatasnamakan Perang Global melawan Terorisme, demokrasi dan keterbukaan, stabilitas regional yang menginjak kedaulatan bangsa," tambahnya.


Pertemuan Tahunan atau Annual Meeting (Pertemuan Tahunan) IMF dan Bank Dunia, 8-14 Oktober 2018, di Bali dinilai sebahagian Masyarakat akan menjadi istimewa bagi pemerintahan Joko Widodo karena akan menghasilkan utang dan investasi baru. Oleh karenanya, Pemerintah tak segan-segan menggelontorkan dana lebih dari Rp 1 triliun untuk menfasilitasi penyelenggaran acara, memberikan keamanan yang berlebihan dan memberangus kebebasan berpendapat dan berekspresi rakyat yang ingin menyampaikan kritik dan aspirasi demokratisnya di acara tersebut. Pemberian fasilitas tersebut sangat timpang jauh dengan pelayanan bagi hak-hak demokratis rakyat. Pemerintah Indonesia juga menunjukkan watak anti Rakyatnya yang sangat tidak manusiawi dengan mengabaikan hak-hak korban bencana (gempa dan tsunami) di Lombok dan Sulawesi Tengah yang terjadi menjelang Annual Meeting IMF dan Bank Dunia.

 

"Atas kondisi tersebut, kami Gerakan Rakyat Melawan IMF dan World Bank (GRM IMF-WB) bersama masyarakat dari berbagai negeri yang bersatu dalam People Global Resistance Against IMF-WB menentang seluruh skema dan kesepakatan baru yang akan dilahirkan dalam Annual Meeting tersebut untuk semakin mengintensifkan perampokan, penghisapan, dan perang agresi. Sebagai Rakyat yang tertindas, Kami merasa terpanggil atas ajakan dari GRM (Gerakan Rakyat Melawan) yang dikoordinir oleh Mohammad Ali agar kiranya rakyat tertindas Indonesia dan di seluruh Dunia terus membangun, memperbesar, memperkuat persatuan dan perjuangan antar rakyat tertindas. Dengan perjuangan bersama maka kita pasti dapat meraih cita-cita terbangunnya dunia tanpa IMF-WB, tanpa utang dan Investasi yang dikontrol imperialis, dan terciptanya tatanan yang demokratis dan berkeadilan sosial," tutupnya.



Tulis KomentarIndex
Berita TerkaitIndex